Setiap makhluk hidup di bumi dalam proses
kehidupannya merupakan kontributor terbesar
dari sampah atau limbah. Sampah adalah suatu
bahan yang terbuang atau dibuang dari hasil
aktivitas manusia sehari-hari maupun proses alam
yang belum memiliki nilai ekonomis. Sampah
merupakan limbah padat, dengan sampah yang
berserakan, tidak teratur di suatu tempat dapat
membuat pemandangan menjadi tidak indah,
menghasilkan bau tidak sedap dan tentunya
dampaknya akan merusak lingkungan. Sampah
padat hanya dapat diolah dengan cara dibuang
lalu dibakar atau ditimbun dalam tanah sebagai
bahan urukan permukaan tanah, untuk sampah
organik dapat dimanfaatkan sebagai pupuk.
Limbah sendiri dari tempat asalnya bisa beraneka
ragam, ada limbah dari rumah tangga, limbah dari
pabrik-pabrik besar dan ada juga limbah dari suatu
kegiatan tertentu. Pada kehidupan masyarakat
yang semakin maju dan modern, peningkatan
akan jumlah limbah semakin meningkat. Jika
kita telusuri bahwa dahulunya manusia hanya
menggunakan jeruk nipis untuk mencuci piring,
namun sekarang manusia sudah menggunakan
sabun yang mengandung zat kimia seperti deterjen
(sodyum Lauryl Sulfate dan surfactant) sebagai
pengganti jeruk nipis sehingga peningkatan akan
limbah tak bisa di elakkan lagi. Tahukah kamu
bahwa limbah terdiri dari beberapa kelompok?
Limbah dapat dikelompokkan dalam 3 bagian,
yaitu :
1. Berdasarkan wujudnya limbah terdiri dari;
a. Limbah gas, merupakan jenis limbah yang
berbentuk gas, contoh limbah dalam bentuk
gas antara lain: Karbon Dioksida (CO2), Karbon
Monoksida (CO), HCL, NO2, SO2. dan lain-lain.
b. Limbah cair, adalah jenis limbah yang memiliki
fisik berupa zat cair misalnya: air cucian,
air hujan, rembesan AC, air sabun, minyak
goreng buangan, dan lain-lain.
c. Limbah padat, merupakan jenis limbah yang
berupa padat, contohnya; kotak kemasan,
bungkus jajanan, plastik, botol, kertas, kardus,
ban bekas, dan lain-lain.
2. Berdasarkan sumbernya limbah bisa berasal dari:
a. Limbah pertanian, limbah yang ditimbulkan
karena kegiatan pertanian
b. Limbah industri, limbah yang dihasilkan oleh
pembuangan kegiatan industri
c. Limbah pertambangan, limbah yang asalnya
dari kegiatan pertambangan
d. Limbah domestik, limbah yang berasal dari
rumah tangga, pasar, restoran dan pemukimanpemukiman
penduduk yang lain.
3. Berdasarkan senyawanya
Limbah dibagi menjadi dua jenis;
a. Limbah organik, merupakan limbah yang
bisa dengan mudah diuraikan atau mudah
membusuk, limbah organik mengandung
unsur karbon. Limbah organik dapat ditemui
dalam kehidupan sehari-hari, contohnya kulit
buah dan sayur, kotoran manusia dan hewan.
b. Limbah anorganik, adalah jenis limbah yang
sangat sulit atau bahkan tidak bisa untuk di
uraikan atau tidak bisa membusuk, limbah
anorganik tidak mengandung unsur karbon,
contoh limbah anorganik adalah plastik,
beling, dan baja.
Dalam semester I kita mempelajari limbah organik.
Jenis limbah organik yang dapat dimanfaatkan
sebagai kerajinan harus diidentifikasi terlebih
dahulu. Setelah memahami jenis limbah kita dapat
mengelompokkan jenis limbah organik yang dapat
dimanfaatkan sebagai produk kerajinan. Limbah
organik memerlukan pengelolaan secara kreatif
untuk dapat menghasilkan produk kerajinan yang
bernilai tinggi.
Indonesia memiliki banyak bahan dasar limbah
yang dapat dijadikan karya kerajinan. Produk kerajinan
dari bahan limbah Indonesia yang beragam, kreatif,
inovatif, dan selalu berkembang telah dikenal di
mancanegara. Oleh sebab itu Indonesia dikenal
sebagai negara eksportir terbesar kerajinan yang
dibuat oleh tangan (handmade). Tangan-tangan
terampil dan pemikiran kreatif inovatif karya anak
bangsa cukup dikagumi oleh bangsa lain. Kita
patut bangga akan hal tersebut. Beberapa foto
karya dalam pameran yang dilakukan di beberapa
tempat dapat menunjukkan betapa Indonesia kaya
akan kerajinan dari limbah organik.
1.LIMABAH ORGANIK BASAH
Sampah yang mempunyai kandungan air
cukup tinggi. Contohnya; kulit buah dan kulit
sayuran atau daun-daunan.
Limbah organik basah yang dapat dijadikan
karya kerajinan adalah; kulit jagung, kulit
bawang, kulit buah/biji-bijian, jerami dan
sebagainya.
Pengolahan limbah organik basah dapat
dilakukan dengan cara pengeringan menggunakan
sinar matahari langsung hingga kadar air dalam
bahan limbah organik habis. Bahan yang sudah
kering merupakan bahan baku yang nantinya
dapat dibuat berbagai macam produk kerajinan.
Proses bahan baku menjadi bahan yang siap
pakai ditentukan oleh pengrajin, apakah akan
dicelup warna atau diberi pengawet agar kuat
dan tahan lama, semua dipengaruhi oleh
tujuan si pembuat
2. Limbah organik kering
Sampah yang mempunyai kandungan air
cukup rendah. Contohnya; kertas/kardus, kerang,
tempurung kelapa, sisik ikan, kayu, kulit telur,
serbuk gergaji, dan sebagainya.
Hampir semua limbah organik kering dapat
diolah kembali sebagai karya kerajinan, karena
sifatnya yang kuat dan tahan lama.
Pengolahan limbah organik kering tidak perlu
banyak persiapan, karena sifatnya yang kering jenis
limbah ini dapat langsung digunakan. Namun yang
perlu diantisipasi adalah jika bahan limbah organik
kering ini terkena air, maka yang dapat dilakukan
adalah dengan cara pengeringan menggunakan
sinar matahari langsung atau alat pengering lain
hingga kadar air dalam bahan limbah organik
kembali seperti kondisi semula. Bahan limbah
organik kering merupakan bahan baku yang
nantinya dapat dibuat berbagai macam produk
kerajinan. Sama halnya dengan bahan organik
basah, proses bahan baku menjadi bahan yang
siap pakai ditentukan oleh pengrajin, apakah akan
dicelup warna atau diberi pelapis agar kuat dan
tahan lama, dan semuanya juga dipengaruhi oleh
tujuan pembuat karya.
B. Prinsip Pengolahan Limbah Organik
Pengolahan limbah organik memerlukan
pengetahuan yang memadai, agar dalam
pemanfaatannya tidak menghasilkan limbah baru
yang justru semakin menambah permasalahan dalam
kehidupan. Paling tidak limbah hasil daur ulang
ini dapat dikelola dengan efisien dan efektif agar
sampah yang dihasilkan dari proses pemanfaatan
ini dapat diminimalisir. Berikut ini adalah prinsipprinsip
yang bisa diterapkan dalam pengolahan
sampah. Prinsip-prinsip ini dikenal dengan nama

1. Mengurangi (Reduce)
Meminimalisir barang atau material yang kita
pergunakan. Semakin banyak kita menggunakan
material, semakin banyak sampah yang dihasilkan.
2. Menggunakan kembali (Reuse)
Pilihlah barang-barang yang bisa dipakai
kembali. Hindari pemakaian barang-barang
yang sekali pakai, lalu buang.
3. Mendaur ulang (Recycle)
Barang-barang yang sudah tidak berguna
didaur ulang lagi. Tidak semua barang bisa
didaur ulang, tetapi saat ini sudah banyak
industri kecil dan industri rumah tangga yang
memanfaatkan sampah menjadi barang lain
contohnya kerajinan.
Upaya melaksanakan mendaur ulang limbah
(Recycle) menjadi karya kerajinan tangan, berarti
sudah dapat mengatasi masalah lingkungan yang
mengganggu kehidupan. Selain itu dapat pula
dimanfaatkan sebagai wadah penyaluran hobi
keterampilan, kreatifitas, dan menumbuhkan jiwa
wirausaha.
Mendesain sebuah produk kerajinan sangat
bergantung pada tujuan, metode, dan kegunaan
praktis yang terjalin harmonis dan selaras. Semakin
tajam keharmonisan dan keselarasan antar konsep
tersebut maka semakin tepat hasil yang diharapkan.
Seperti kata pepatah dari para tokoh desainer kaum
formalis tahun 1800-an “ Design is to design a design
to produce a design”. Desain adalah sebuah mekanisme
yang mendorong, mengolah, mensintesa lahirnya
sebuah dimensi kepraktisan.
Penggunaan bahan limbah untuk didesain menjadi
sebuah produk kerajinan tidak semudah perkiraan
orang. Kita perlu mengetahui dan memahami prinsip
dasar yang membangun kesadaran bahwa mendesain
bahan limbah adalah merupakan proses menata ulang
kebermanfaatan dari sebuah produk yang telah hilang
nilai gunanya. Seharusnya sebuah desain bersifat
berkelanjutan (sustainable design), tidak hanya cukup
secara ekonomi saja, tetapi harus mengintegrasikan
isu-isu lingkungan, sosial, dan budaya ke dalam
produk. Hal ini disebabkan agar desain lebih dapat
bertanggung jawab dalam menjawab tantangan
global. Begitu juga seorang desainer produk harus
memahami pentingnya pemahaman ini.
Penjelasan hal di atas dikemukaan oleh Victor
Papanek dalam bukunya yang berjudul ‘Design for the
Real World’ bahwa ada 6 tata kelola desain berkelanjutan
(sustainable design) yang tidak berdiri sendiri namun
mempunyai elemen-elemen lain yang merajutnya,
yaitu :
1. Metode (method)
Konsep method diulas dalam 2 pandangan
yaitu, episteme dan techne. Episteme adalah
pengetahuan yang melibatkan daya serap,
imajinasi, dan abstraksi. Sedangkan techne
adalah keteknikan atau keterampilan bertukang.
Desain sangat dipengaruhi oleh penguasaan
alat, pemahaman terhadap material, dan
bagaimana keduanya berinteraksi menjalin
kepekaan melalui daya serap, imajinasi dan
abstraksi agar dapat terjalin dari proses
pembuatan hingga melahirkan produk
yang artistik. Hal ini dapat dihasilkan
melalui kegiatan yang rutin dan intensif.
2. Asosiasi (association)
Kemampuan menghubungkan antara
gagasan dengan kemampuan panca-indra
dengan menggunakan gambar, bagan,
tulisan, dan sebagainya.
3. Estetika (aesthetics)
Dalam mendesain perlu memahami
estetika/ilmu keindahan yang diwujudkan
dalam unsur desain; garis, warna, bentuk,
volume, dan tekstur, serta prinsip desain;
kesatuan, keseimbangan, point of interest,
irama, proporsi dan komposisi. Desain
harus dapat memadukan kesemuanya
dalam penciptaan karya.
4. Kebutuhan (need)
Karya desain merupakan jawaban dari
sebuah kebutuhan. Merumuskan kebutuhan
bukanlah sesuatu yang mudah. Desainer
harus memiliki kepekaan yang tajam untuk
memilah apa yang menjadi kebutuhan
konsumen dan kemungkinannya untuk
menjadi tren di masanya.
5. Telesis (telesis)
Pemahaman fungsi yang mengubah
desain dari sesuatu yang sifatnya personal
menjadi lebih komunal. Telesis adalah
fungsi desain yang berusaha mewadahi
dimensi sosial dan budaya pada tempat
desain tersebut dibutuhkan dan digunakan.
6. Kegunaan (use)
Merupakan fungsi praktis dari sebuah
desain. Dalam mewujudkan fungsi ‘guna’
yang baik tentunya seorang desainer
harus mempertimbangkan siapa yang
akan menggunakannya (user) dan obyek
dari kegunaan desain tersebut. Maka perlu
pemahaman tentang ergonomi yaitu ilmu
tentang hubungan antara manusia, mesin
yang digunakan dan lingkungan kerjanya.
Arah desain yang jelas akan menghasilkan
pendekatan dan metode rancangan yang tajam,
efisien dan efektif. Setelah mengetahui keenam
tata kelola desain dari Victor Papanek, akan hadir
sebuah ruang yang menjadi batas antara abstrak
dan realisasi yaitu sebuah ‘jeda’. Jeda yang berada
di antara metode dan lahirnya sebuah desain yang
dimaksud adalah kreatifitas. Kreatifitas tidak akan
terwujud tanpa adanya wawasan dan pengetahuan
serta penyatuan tentang techne (teknik) dan
episteme (pengetahuan).
Perancangan sebuah produk harus dilakukan
secara terus menerus dengan melakukan upaya
penciptaan dan pembaharuan berdasarkan analisa dan
uji produk baik secara mandiri maupun berdasarkan
pasar. Analisa produk mengarah pada dua muara
yaitu keberhasilan dan kegagalan dari sebuah desain.
Oleh sebab itu sebagai desainer atau perancang
produk harus mengetahui resiko yang dihadapi dalam
setiap usahanya. Pasang surut dalam wirausaha juga
merupakan resiko yang harus ditanggung sebagai
pengelola usaha yang sekaligus juga sebagai desainer.
Prinsipnya adalah semangat berusaha, jujur, pantang
menyerah, disiplin, kerja keras, dan tanggung jawab
merupakan modal dasar dari seorang perancang produk.
C. Produk Kerajinan dari Bahan
Limbah Organik
Produk kerajinan dari bahan limbah organik
yang dimaksud adalah limbah organik basah dan
kering. Limbah organik cukup banyak di lingkungan
kita. Banyak orang yang sudah memanfaatkan
limbah organik ini sebagai produk kerajinan. Teknik
pembuatannya pun bervariasi. Temuan-temuan
desain produk kerajinan dari limbah organik selalu
bertambah dari waktu ke waktu. Ini dikarenakan
semakin banyak orang yang perhatian terhadap
pemanfaatan limbah organik sebagai produk
kerajinan.
Pembuatan produk kerajinan di setiap wilayah
tentunya berbeda dengan wilayah lainnya. Dari
daerah manakah kamu berasal? Masing-masing daerah
memiliki ciri khas kerajinan yang menjadi unggulan
daerahnya. Hal ini tentu dikarenakan sumber daya
limbah organik dari masing-masing daerah berbeda.
Di bawah ini merupakan penggolongan hasil limbah
organik dilihat dari kondisi wilayahnya, yaitu :
1. Daerah pesisir pantai/laut
Limbah organik yang banyak tersedia adalah
cangkang kerang laut, sisik ikan, tulang ikan,
tempurung kelapa, sabut kelapa, dan lainnya.
2. Daerah pegunungan
Limbah organik yang banyak dihasilkan di
daerah ini adalah kulit buah-buahan yang bertekstur
keras seperti salak, durian; kulit pete cina, dan
lainnya.
3. Daerah pertanian
Limbah organik yang didapat pada daerah
ini adalah jerami padi, kulit jagung, batang daun
singkong, kulit bawang, dan lainnya.
4. Daerah perkotaan
Limbah yang dihasilkan di daerah perkotaan
biasanya kertas, kardus, kulit kacang, kulit telur,
kayu, serbuk gergaji, serutan kayu, dan lainnya.
Proses pengolahan masing-masing bahan limbah
organik secara umum sama. Pengolahan dapat
dilakukan secara manual maupun menggunakan
mesin. Prosesnya yaitu:
a. Pemilahan bahan limbah organik
Sebelum didaur ulang bahan limbah organik
harus diseleksi terlebih dahulu untuk menentukan
bahan mana yang masih dapat dipergunakan
dan mana yang sudah seharusnya dibuang.
Pemilahan bahan dapat dilakukan secara manual
dan disesuaikan dengan tujuan penggunaan
bahan yang telah dirancang.
b. Pembersihan limbah organik
Limbah organik yang sudah terseleksi harus
dibersihkan dahulu dari sisa sisa bahan yang telah
dimanfaatkan sebelumnya. Misalnya saja kulit jagung,
maka kulit jagung harus dipisahkan dari tongkol dan
rambutnya. Lalu apakah tongkol dan rambutnya juga
akan didaur ulang atau tidak itu tergantung dari
perancangan produk.
c. Pengeringan
Bahan limbah organik yang sifatnya basah
harus diolah dengan cara dikeringkan di bawah sinar
matahari langsung, agar kadar air dapat hilang dan
bahan limbah dapat diolah dengan sempurna.
d. Pewarnaan
Pewarnaan pada bahan limbah organik yang
sudah kering merupakan selera. Jika dalam desain
diperlukan bahan limbah yang diberi warna maka
bahan limbah perlu diwarnai terlebih dahulu sebelum
diproses sebagai produk kerajinan. Proses pewarnaan
yang umum dilakukan pada bahan limbah organik
basah adalah dengan cara dicelup atau direbus
bersama zat warna tekstil agar menyerap. Sedangkan
bahan limbah organik kering dapat diwarnai dengan
cara divernis/dipolitur, dapat pula dicat menggunakan
cat akrilik atau cat minyak.
e. Pengeringan setelah pewarnaan
Setelah diberi warna, bahan limbah organik
harus dikeringkan kembali dengan sinar matahari
langsung agar warna pada bahan baku dapat kering
sempurna tidak mudah luntur.
f. Finishing sebagai proses akhir agar siap pakai
Bahan limbah organik yang sudah kering dapat
difinishing agar mudah diproses menjadi karya.
Proses finishing juga berbagai macam caranya,
seperti diseterika untuk limbah kulit agar tidak
kusut, dapat pula digerinda, atau diamplas.
1. Mengenal Kerajinan dari Bahan Limbah Organik
Beberapa kerajinan dari bahan limbah organik di
bawah ini merupakan contoh dan dapat menambah
wawasan serta pengetahuan baru, mari kita pelajari
bersama!
a. Limbah Kulit Jagung
Masih ingatkah pada pelajaran Prakarya Pengolahan
Kelas VII? Pada bagian bab akhir dijelaskan bagaimana
membuat olahan kulit jagung untuk bahan dasar
kerajinan. Kulit jagung yang sepintas tidak berharga
dapat menjadi karya kerajinan yang artistik. Kulit jagung
adalah limbah organik yang banyak ditemui di pasar
tradisional. Banyak pedagang sayuran membuang kulit
jagung di tempat sampah. Dengan memanfaatkan
limbah kulit jagung, sampah padat yang mencemari
lingkungan dapat dikurangi
Kulit jagung merupakan limbah organik basah,
maka kulit jagung memiliki kandungan air yang tinggi.
Cara pengolahannya dengan proses sederhana dan
relatif mudah yaitu dengan panas matahari hingga
kering. Setelah kering kulit jagung dapat diwarnai, lalu
dikeringkan, dan diseterika agar lembarannya dapat
terlihat lebih halus dan rata agar mudah dibentuk.
Dalam membentuk kulit jagung menjadi karya memang
perlu ketekunan, sehingga akan dapat dihasilkan
karya kerajinan yang bagus dan menarik.
2.CONTOH KERAJIAN DARI BAHAN KULIT JAGUNG
Alat dan bahan yang digunakan :
1. Kulit Jagung
2 Gunting
3 Pewarna /Wantex
4 Lem
5 Kawat
6 Tempayan 5 buah
7 Plastik Berwarna
Cara Membuat Bunga dari Kulit Jagung :
1 Pilihlah kulit jagung yang sudah dianggap
cukup umur, sekitar 3 bulan
2 Kemudian kulit jagung dilepaskan satu persatu
dan dipilah sesuai lembarannya. Lembaran daun 1 1.pertama hingga daun ketiga
dipisah karena lembaran tersebut merupakan kualitas yang baik
3Kulit jagung yang sudah dipilah selanjutnya direbus dengan
pewarna atau wantek, lama perebusan 2.selama satu jam dan
dibolak-balik agar warnanya merata
3.Kemudian kulit jagung ditiriskan dan
dikeringkan, jangan dijemur diterik matahari karena kulit jagung nanti menjadi
pecah
4.Kulit jagung yang telah kering selanjutnya
disetrika dengan suhu sedang
5.Kemudian kulit jagung dilapis menjadi dua sebelum
dipola. Ini agar dalam mempola menjadi kelopak bunga lebih mudah dan tidak
mudah robek.
6.Kulit jagung yang sudah dilapis
tersebut selanjutnya dipola sesuai dengan bentuk yang diinginkan.
7.Setelah dipola kemudian diserut
sesuai lengkung yang diinginkan
8.Langkah terakhir yaitu merangkai bahan sesuai
bentuk bunga.
Selesai
dirangkai, bunga diberi tangkai berupa kawat yang dibalut floral tape, jadi deh
bunga dari kulit jagung.
Kertas yang berasal dari koran, surat kabar,
majalah, buku bacaan dan sebagainya merupakan
salah satu media cetak yang telah menyertai
kehidupan masyarakat di seluruh dunia. Selain
bermanfaat sebagai media informasi pendidikan,
iptek, politik, sosial, ekonomi, dan budaya, surat
kabar juga dapat menyediakan peluang-peluang
usaha yang dikemas dalam layanan informasi
yang menarik.
Koran adalah media cetak yang setiap hari
dimanfaatkan masyarakat untuk memperoleh informasi.
Jika diperhatikan setelah dibaca barang media
cetak ini hanya menjadi tumpukan limbah rumah
tangga. Pada kenyataannya koran ini menumpuk
dimana-mana, salah satu penyelesaiannya adalah
hanya dibuang atau dijual kepada penadah barang
rongsokan. Sebagian orang telah memanfaatkan
kesempatan ini sebagai peluang pasar yang dapat
diolah kembali menjadi barang yang bermanfaat.
Kertas-kertas bekas itu pun dapat diubah fungsinya
yaitu menjadi berbagai produk seni dan kerajinan.
Selain dapat bermanfaat kembali, hasil dari produk
kerajinan dari kertas bekas ini pun dapat menjadi
peluang usaha. Kita patut bersyukur karena memperoleh
manfaat dari adanya limbah kertas ini.
Beberapa referensi menyatakan bahwa kertas
merupakan bagian dari limbah organik kering.
Hal ini karena kertas dapat terurai dalam tanah.
Sifat kertas memiliki pori-pori yang lebar sehingga
mudah hancur, selain itu mudah menyerap air
dalam waktu singkat. Kandungan lemnya tidak
begitu besar sehingga tidak menghalanginya
untuk proses pelapukan. Meskipun kertas mudah
hancur jika terkena air, namun jika digunakan
sebagai bahan dasar produk kerajinan kertas dapat
diolah sedemikian rupa agar tidak mudah hancur,
yaitu dengan menambah kandungan lem atau zat
pelindung anti air seperti melanin/politur, dapat
pula dengan dilapisi plastik. Hal ini dimaksudkan
agar produk kerajinan yang dihasilkan dari kertas
dapat tahan lama, tidak mudah rusak, dan terlihat
lebih kuat sehingga unsur kelemahan yang ada
pada kertas tidak nampak, sedangkan keunikan
limbah kertasnya dapat dipertahankan.
cetak ini hanya menjadi tumpukan limbah rumah
tangga. Pada kenyataannya koran ini menumpuk
dimana-mana, salah satu penyelesaiannya adalah
hanya dibuang atau dijual kepada penadah barang
rongsokan. Sebagian orang telah memanfaatkan
kesempatan ini sebagai peluang pasar yang dapat
diolah kembali menjadi barang yang bermanfaat.
Kertas-kertas bekas itu pun dapat diubah fungsinya
yaitu menjadi berbagai produk seni dan kerajinan.
Selain dapat bermanfaat kembali, hasil dari produk
kerajinan dari kertas bekas ini pun dapat menjadi
peluang usaha. Kita patut bersyukur karena memperoleh
manfaat dari adanya limbah kertas ini.
Beberapa referensi menyatakan bahwa kertas
merupakan bagian dari limbah organik kering.
Hal ini karena kertas dapat terurai dalam tanah.
Sifat kertas memiliki pori-pori yang lebar sehingga
mudah hancur, selain itu mudah menyerap air
dalam waktu singkat. Kandungan lemnya tidak
begitu besar sehingga tidak menghalanginya
untuk proses pelapukan. Meskipun kertas mudah
hancur jika terkena air, namun jika digunakan
sebagai bahan dasar produk kerajinan kertas dapat
diolah sedemikian rupa agar tidak mudah hancur,
yaitu dengan menambah kandungan lem atau zat
pelindung anti air seperti melanin/politur, dapat
pula dengan dilapisi plastik. Hal ini dimaksudkan
agar produk kerajinan yang dihasilkan dari kertas
dapat tahan lama, tidak mudah rusak, dan terlihat
lebih kuat sehingga unsur kelemahan yang ada
pada kertas tidak nampak, sedangkan keunikan
limbah kertasnya dapat dipertahankan.
c. Limbah Jerami
Batang padi yang biasa disebut jerami
merupakan limbah pertanian yang sangat banyak
didapat di daerah persawahan. Selama ini jerami
biasa dipergunakan sebagai media tanam jamur
merang, dan campuran makanan ternak. Meskipun
demikian jerami yang ada masih berlimpah dan
harus dibakar. Terkadang petani memanfaatkannya
sebagai bahan bakar saat pembakaran batu bata
atau genteng yang dilakukan di daerah sawah. Bagi
para pedagang telur dan buah, jerami juga dapat
dimanfaatkan sebagai alas, agar barang dagangan
mereka tidak mudah rusak akibat goncangan. Tidak
ada manfaat lain yang dapat dihasilkan dari seputar
kebutuhan tersebut. Tentunya jika masa tanam
padi tiba jerami ini masih saja menjadi limbah
yang mengganggu bagi para petani. Biasanya
petani hanya menumpuknya dipinggir sawah dan
membiarkannya busuk, sehingga dapat digunakan
sebagai pupuk tanaman lainnya.
Limbah padi ternyata dapat dimanfaatkan
sebagai bahan dasar kerajinan yang cukup unik
dan artistik. Produk kerajinan dari jerami masih
tergolong langka, sehingga sangat berpotensi
untuk dapat dikembangkan. Untuk masyarakat yang
tinggal di dekat persawahan atau pasar tentunya
tidak menemui kesulitan dalam mencari limbah
jerami dan tidak perlu mengeluarkan banyak dana.
Pemanfaatan limbah jerami menjadi produk
kerajinan memiliki nilai lebih di bidang ekonomi.
Sekarang ini orang sudah mulai menyenangi
produk kerajinan yang berasal dari bahan jerami,
karena selain menarik juga ramah lingkungan.
Maka dapat dikatakan bahwa peluang usaha dari
limbah jerami dapat menguntungkan.
Bagian-bagian jerami memiliki keunikan masingmasing,
yaitu dapat dimanfaatkan sebagai bahan
dasar kerajinan, dari mulai batang padi, ranting
padi, selongsong padi dan gabah kosong yang
telah dirontokkan dari ranting padi.
Pengolahan jerami hampir sama dengan limbah
jenis daun-daunan atau kulit buah, karena jerami
pun memiliki kandungan air, maka pengolahan
yang paling sederhana dilakukan adalah dengan
menjemurnya di bawah sinar matahari langsung.
Perlu diperhatikan yaitu; pisahkan semua bagian
yang berpotensi untuk dijadikan produk kerajinan
yang sesuai. Misalnya, batang padi sangat cocok
digunakan pada bagian pembentuk wadah pensil
atau frame foto. Sedangkan ranting jerami yang
lebih halus, dapat dimanfaatkan untuk membuat
bunga-bunga.
Jerami dapat pula diberi warna dengan
menggunakan pewarna tekstil. Proses pewarnaan
pun sama dengan mewarnai kulit jagung, yaitu
dengan dimasak dengan cairan yang sudah diberi zat
warna makanan dengan komposisi yang diinginkan.
Setelah direndam beberapa saat, lalu jerami dijemur
di bawah sinar matahari langsung hingga benarbenar
kering.
produk kerajinan dari limbah jerami
Berbekal keterampilan, kreatifitas, dan hanya
menggunakan alat sederhana, produk kerajinan
dari limbah jerami ini dapat diolah menjadi
berbagai bentuk seperti hiasan dinding, bunga,
bingkai foto, wadah serbaguna, wadah pensil, dan
sebagainya. Selain bahan dasar jerami, ada pula
yang memanfaatkan limbah lain untuk memberi
aksen pada produk kerajinan yang dibuat agar
nampak lebih memiliki nilai ekonomis.
2. Kemasan untuk Produk Kerajinandari Bahan Limbah Organik
Kemasan telah menjadi bagian penting dari
sebuah karya. Saat ini kemasan sebuah produk turut
menentukan apakah produk tersebut layak dikatakan
berkualitas atau tidak. Seperti lukisan, jika tidak
dilengkapi dengan figura maka lukisan tersebut
nampak sebagai karya tanpa busana. Bentuk kemasan
sangat membantu sebuah produsen mengenalkan
dan mendekatkan produk kepada konsumennya.
Hanya dalam beberapa detik saja sebuah kemasan
dapat merubah cara pikir seseorang untuk memiliki
ketertarikan tinggi terhadap sebuah produk.
Dilihat dari fungsinya, kemasan memiliki 4
fungsi utama, yaitu :
1. Menjual produk,
2. Melindungi produk,
3. Memudahkan penggunaan produk, dan
4. Memperindah penampilan produk.
Kemasan tidak hanya berupa wadah namun
juga pelengkap dengan tujuan karya dapat terlihat
lebih dominan. Misalnya boneka dari kulit jagung
yang dikemas dengan alas menggunakan kayu,
dengan demikian boneka tersebut lebih terlihat
indah dan menarik dibanding tidak menggunakan
alas.
Adapun prinsip bahan dasar dari kemasan itu
sendiri sangat bervariasi, seperti plastik, kayu, serat
alam, kardus, kaca, mika, dan sebagainya. Semua
bergantung kepada cocok tidaknya sebuah produk
pada kemasannya. Penting untuk dipahami bahwa
karya yang diperuntukkan dijual, maka kemasan
harus lebih berguna untuk melindungi karya dari
kerusakan, sedangkan jika untuk dipamerkan maka
kemasan sebagai penunjang karya utama dan tidak
boleh mendominasi dari pada karya utamanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar